PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI
Artikel berita - Kategori Kegiatan | Diposting pada : 2012-03-15 -|- 09:36:pm
Share this article on • Twitter | • Facebook | • Reddit | • Digg
Share this article on • Twitter | • Facebook | • Reddit | • Digg
Oleh : Kuntjojo
A. Hakikat Anak Usia Dini
Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan
bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003
Bab I Pasal 1 Ayat 14).
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6
tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan
karakter dan kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7). Usia
dini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age).
Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif
sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut.
Ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini, khususnya anak
TK diantaranya oleh Bredecam dan Copple, Brener, serta Kellough (dalam
Masitoh dkk., 2005: 1.12 – 1.13) sebagai berikut.
1. Anak bersifat unik.
2. Anak mengekspresikan perilakunya secara relative spontan.
3. Anak bersifat aktif dan enerjik.
4. Anak itu egosentris.
5. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.
6. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang.
7. Anak umumnya kaya dengan fantasi.
8. Anak masih mudah frustrasi.
9. Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak.
10. Anak memiliki daya perhatian yang pendek.
11. Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial.
12. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.
B. Karakteristik Cara Belajar Anak Usia Dini
Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa dalam
berperilaku. Dengan demikian dalam hal belajar anak juga memiliki
karakteristik yang tidak sama pula dengan orang dewasa. Karakteristik
cara belajar anak merupakan fenomena yang harus dipahami dan dijadikan
acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk anak usia
dini. Adapun karakterisktik cara belajar anak menurut Masitoh dkk.
(2009: 6.9 – 6.12) adalah :
1. Anak belajar melalui bermain.
2. Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya.
3. Anak belajar secara alamiah.
4. Anak belajar paling baik jika apa yang dipelajarinya
mempertimbangkan keseluruhan aspek pengembangan, bermakna, menarik, dan
fungsional.
C. Karakteristik Pembelajaran untuk Anak Usia Dini
Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, menurut Sujiono dan
Sujiono (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 138), pada dasarnya adalah
pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang
berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada
anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus
dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh
anak.
Atas dasar pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran untuk anak usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Belajar, bermain, dan bernyanyi
Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar,
bermain, dan bernyanyi (Slamet Suyanto, 2005: 133). Pembelajaran untuk
anak usia dini diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak
aktif, senang, bebas memilih. Anak-anak belajar melalui interaksi
dengan alat-alat permainan dan perlengkapan serta manusia. Anak belajar
dengan bermain dalam suasana yang menyenangkan. Hasil belajar anak
menjadi lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan teman
sebayanya. Dalam belajar, anak menggunakan seluruh alat inderanya.
2. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan
Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga
hal penting, yaitu : 1) berorientasi pada usia yang tepat, 2)
berorientasi pada individu yang tepat, dan 3) berorientasi pada konteks
social budaya (Masitoh dkk., 2005: 3.12).
Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan harus sesuai
dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati,
kemampuan yang diharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar
tersebut menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut.
Manusia merupakan makhluk individu. Perbedaan individual juga
harus manjadi pertimbangan guru dalam merancang, menerapkan,
mengevaluasi kegiatan, berinteraksi, dan memenuhi harapan anak.
Selain berorientasi pada usia dan individu yang tepat,
pembelajaran berorientasi perkembangan harus mempertimbangkan konteks
sosial budaya anak. Untuk dapat mengembangkan program pembelajaran yang
bermakna, guru hendaknya melihat anak dalam konteks keluarga,
masyarakat, faktor budaya yang melingkupinya.
D. Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran sebagai segala usaha guru dalam menerapkan
berbagai metode pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan
(Masitoh dkk., 20056.3). Ada bermacam-macam strategi pembelajaran yang
dapat dipilih oleh guru Taman Kanak-kanak. Pemilihan strategi
pembelajaran hendaknya mempertimbangkan beberapa faktor penting, yaitu:
a. karakteristik tujuan pembelajaran, b. karakteristik anak dan cara
belajarnya, c. tempat berlangsungnya kegiatan belajar, d. tema
pembelajaran, serta e. pola kegiatan (Masitoh dkk., 2005: 6.3).
E. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran di Taman Kanak-kanak
1. Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Anak
a. Pendekatan yang melandasi pembelajaran yang berpusat pada anak
Anak merupakan individu yang sedang tumbuh dan berkembang. Anak
juga merupakan makhluk yang aktif. Atas dasar fakta tersebut maka
dikembangkan strategi pembelajaran berdasarkan: 1) pendekatan
perkembangan dan 2) pendekatan belajar aktif.
b. Karakteristik pembelajaran yang berpusat pada anak
Pembelajaran yang berpusat pada anak memiliki karakteristik sebagai berikut (Masitoh dkk., 2005: 8.5 – 8.6).
1) Prakarsa kegiatan tumbuh dari anak.
2) Anak memilih bahan-bahan dan memutuskan apa yang akan dikerjakan.
3) Anak mengekspresikan bahan-bahan secara aktif dengan seluruh inderanya.
4) Anak menemukan sebab akibat melalui pengalaman langsung dengan objek.
5) Anak mentransformasi dan menggabungkan bahan-bahan.
6) Anak menggunakan otot kasarnya.
c. Sintaks pembelajaran yang berpusat pada anak
Pembelajaran yang berpusat pada anak terdiri dari 3 tahap utama, yaitu : tahap merencanakan, tahap bekerja, dan tahap review.
1) Tahap merencanakan (planning time)
Pada tahap ini guru member kesempatan kepada anak-anak untuk
merencanakan kegiatan yang akan dilakukannya. Guru, misalnya,
menyediakan alat-alat bermain yang terdiri dari : a) balok-balok kayu,
b) model buah-buahan, c) alat-alat transportasi, d) buku-buku cerita,
e) peralatan menggambar, dan f) macam-macam boneka.
2) Tahap bekerja (work time)
Setelah memilih kegiatan yang akan dilakukannya, anak kemudian
dikelompokkan berdasarkan kegiatan yang dipilih. Pada tahap ini anak
mulai bekerja, bermain, atau memecahkan masalah sesuai dengan apa yang
telah direncanakan sebelumnya. Guru mendampingi siswa, memberikan
dkungan dan siap memberikan bimbingan jika anak membutuhkan.
3) Review / recall
Setelah anak-anak selesai melakukan aktivitasnya, mereka kemudian
diberi kesempatan untuk mengungkapkan pengalamannya secara langsung.
Pada tahap ini guru berusaha agar ana-anak mengungkapkan perasaannya
dengan tepat.
2. Strategi Pembelajaran Melalui Bermain
a. Rasional strategi pembelajaran melalui bermain
Bermain merupakan kebutuhan anak. Bermain merupakan aktivitas yang
menyatu dengan dunia anak, yang di dalamnya terkandung bermacam-macam
fungsi seperti pengembangan kemampuan fisik motorik, kognitif, afektif,
social, dst. Dengan bermain akan mengalami suatu proses yang
menarahkan pada perkembangan kemampuan manusiawinya.
b. Sintaks pembelajaran melalui bermain
Strategi pembelajaran melalui bermain terdiri dari 3 langkah utama, yaitu: tahap prabermain, tahap bermain, dan tahap penutup.
1) Tahap prabermain
Tahap prabermain terdiri dari dua macam kegiatan persiapan
: kegiatan penyiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan bermain dan
kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang siap untuk dipergunakan.
a) Kegiatan penyiapan siswa terdiri dari : (1) guru menyampaikan
tujuan kegiatan bermain kepada para siswa, (2) guru menyampaikan
aturan-aturan yang harus diikuti dalam kegiatan bermain, (3) guru
menawarkan tugas kepada masing-masing anak, misalnya membuat istana,
membuat, menara, dst., dan (4) guru memperjelas apa yang harus
dilakukan oleh setiap anak dalam melakukan tugasnya.
b) Kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang diperlukan, misalnya menyiapkan bak pasir, ember, bendera kecil, dsb.
2) Tahap bermain
Tahap bermain terdiri dari rangkaian kegiatan berikut : a) semua
anak menuju tempat yang sudah disediakan untuk bermain, b) dengan
bimbingan guru, peserta permainan mulai melakukan tugasnya
masing-masing, c) setelah kegiatan selesai setiap anak menata kembali
bahan dan peralatan permainannya, dan d) anak-anak mencuci tangan.
3) Tahap penutup
Tahap penutup dari strategi pembelajaran melalui bermain terdiri
dari kegiatan-kegiatan : a) menarik perhatian dan membangkitkan minat
anak tentang aspek-aspek penting dalam membangun sesuatu, seperti
mengulas bentuk-bentuk geometris yang dibentuk anak, dsb., b)
menghubungkan pengalaman anak dalam bermain yang baru saja dilakukan
dengan pengalaman lain, misalnya di rumah, c) menunjukkan aspek-aspek
penting dalam bekerja secara kelompok, d) menekankan petingnya kerja
sama.
3. Strategi Pembelajaran Melalui bercerita
a. Rasional strategi pembelajaran melalui bercerita
Pencapaian tujuan pendidikan Taman Kanak-kanak dapat ditempuh
dengan strategi pembelajaran melalui bercerita. Masitoh dkk. (2005:
10.6) mengidentifikasi manfaat cerita bagi anak TK, yaitu sebagai
berikut.
1) Bagi anak TK mendengarkan cerita yang menarik dan dekat dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan.
2) Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan nilai-nilai positif pada anak.
3) Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan social, nilai-nilai moral dan keagamaan.
4) Pembelajaran dengan bercerita memberikan memberikan pengalaman belajar untuk mendengarkan.
5) Dengan dengan mendengarkan cerita anak dimungkinkan untk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
6) Membantu anak untuk membangun bermacam-macam peran yang
mungkin dipilih anak, dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan
anak kepada masyarakat.
b. Sintaks pembelajaran melalui bercerita
Strategi pembelajaran melalui bercerita terdiri dari 5 langkah. Langkah-langkah dimaksud adalah sebagai berikut.
1) Menetapkan tujuan dan tema cerita.
2) Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih, misalnya bercerita
dengan membaca langsung dari buku cerita, menggunakan gambar-gambar,
menggunakan papan flannel, dst.
3) Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita sesuai dengan bentuk bercerita yang dipilih.
4) Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita, yang terdiri dari:
(a) menyampaikan tujuan dan tema cerita,
(b) mengatur tempat duduk,
(c) melaksanaan kegiatan pembukaan,
(d) mengembangkan cerita,
(e) menetapkan teknik bertutur,
(f) mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.
5) Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita
Untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran dilaksanakan
penilaian dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan isi cerita untuk mengembangkan pemahaman anak aka isi cerita
yang telah didengarkan.
4. Strategi Pembelajaran Melalui Bernyanyi
a. Rasional strategi pembelajaran melalui bernyanyi
Honig, dalam Masitoh dkk. (2005: 11.3) menyatakan bahwa bernyanyi
memiliki banyak manfaat untuk praktik pendidikan anak dan pengembangan
pribadinya secara luas karena : 1) bernyanyi bersifat menyenangkan, 2)
bernyanyi dapat dipakai untuk mengatasi kecemasan, 3) bernyanyi
merupakan media untuk mengekspresikan perasaan, 4) bernyanyi dapat
membantu membangun rasa percaya diri anak, 5) bernyanyi dapat membantu
daya ingat anak, 6) bernyanyi dapat mengembangkan rasa humor, 7)
bernyanyi dapat membantu pengembangan keterampilan berpikir dan
kemampuan motorik anak, dan 8) bernyanyi dapat meningkatkan keeratan
dalam sebuah kelompok.
b. Sintaks pembelajaran melalui bernyanyi
Strategi pembelajaran dengan bernyanyi terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut.
1) Tahap perencanaan, terdiri dari: (a) penetapkan tujuan
pembelajaran, (b) penetapan materi pembelajaran, (c) menetapkan metode
dan teknik pembelajaran, dan (d) menetapkan evaluasi pembelajaran.
2) Tahap pelaksanaan, berupa pelaksanaan apa saja yang telah direncanakan, yang terdiri dari:
(a) kegiatan awal : guru memperkenalkan lagu yang akan
dinyanyikan bersama dan memberi contoh bagaimana seharusnya lagu itu
dinyanyikan serta memberikan arahan bagaimana bunyi tepuk tangan yang
mengiringinya.
(b) Kegiatan tambahan : anak diajak mendramatisasikan lagu,
misalnya lagu Dua Mata Saya, yaitu dengan melakukan gerakan menunjuk
organ-organ tubuh yang ada dalam lirik lagu.
(c) Kegiatan pengembangan : guru membantu anak untuk mengenal nada tinggi dan rendah dengan alat musik, misalnya pianika.
3) Tahap penilaian, dilakukan dengan memakai pedoman observasi
untuk mengetahui sejauh mana perkembangan yang telah dicapai anak
secara individual maupun kelompok.
5. Strategi Pembelajaran Terpadu
a. Rasional strategi pembelajaran terpadu
Anak adalah makhluk seutuhnya, yang memiliki berbagai aspek
kemampuan, yang semuanya perlu dikembangkan. Berbagai kemampuan yang
dimiliki oleh anak dapat berkembang jika ada stimulasi untuk hal
tersebut. Dengan pembelajaran terpadu, pembelajaran yang
mengintegrasikan ke dalam semua bidang kurikulum atau bidang-bidang
pengembangan, berbagai kemampuan anak yang ada pada anak diharapkan
dapat berkembangan secara optimal.
b. Karakteristik strategi pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu memiliki karakteristik : 1) dilakukan melalui
kegiatan pengalaman langsung, 2) sesuai dengan kebutuhan dan minat
anak, 3) memberikan kesempatan kepada anak untuk menggunakan semua
pemikirannya, 4) menggunakan bermain sebagai wahana belajar, 5)
menghargai perbedaan individu, dan 6) melibatkan orag tua atau keluarga
untuk mengoptimalkan pembelajaran (Masitoh dkk., 2005: 12.10).
c. Prinsip-prinsip strategi pembelajaran terpadu
Strategi pembelajaran terpadu direncanakan dan dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip: 1) berorientasi pada perkembangan anak, 2)
berkaitan dengan pengalaman nyata anak, 3) mengintegrasikan isi dan
proses belajar, 4) melibatkan penemuan aktif, 5) memadukan berbagai
bidang pengembangan, 6) kegiatan belajar bervariasi, 7) memiliki
potensi untuk dilaksanakan melalui proyek oleh anak, 8) waktu
pelaksanaan fleksibel, 9) melibatkan anggota keluarga anak, 10) tema
dapat diperluas, dan 11) direvisi sesuai dengan minat dan pemahaman
yang ditunjukkan anak (Masitoh dkk., 2005: 12.10).
d. Manfaat strategi pembelajaran terpadu
Ada beberapa manfaat dari strategi pembelajaran terpadu, yaitu: 1)
meningkatkan perkembangan konsep anak, 2) memungkinkan anak untuk
mengeksplorasi pengetahuan melalui berbagai kegiatan, 3) membantu guru
dan praktisi lainnya untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya, dan
4) dapat dilaksanakan pada jenjang program yang berbeda, utnuk semua
tingkat usia, dan untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
e. Sintaks pembelajaran terpadu
Prosedur pelaksanaan pembelajaran terpadu terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut (Masitoh dkk., 2005: 12.19 – 12.20).
1) Memilih tema
Pemilihan tema untuk pembelajaran terpadu dapat bersumber dari:
(a) minat anak, (b) peristiwa khusus, (c) kejadian yang tidak diduga,
(d) materi yang dimandatkan oleh lembaga, dan (e) orang tua dan guru.
Ada beberapa kriteria untuk pemilihan tema, yaitu: (a) relevansi
topik dengan karakteristik anak, (b) pengalaman langsung, (c) keragaman
dan keseimbangan dalam area kurikulum, (d) ketersediaan alat-alat, dan
(e) potensi proyek.
2) Penjabaran tema
Tema yang sudah diplih harus dijabarkan ke dalam sub tema-sub tema dakan konsep-konsep yang didalamnya terkandung istilah (term), fakta (fact), dan prinsip (principle), kemudian dijabarkan ke dalam bidang-bidang pengembangan dan kegiatan belajar yang lebih operasional.
3) Perencanaan
Perencanaan harus dibuat secara tertulis sehingga memudahkan guru
untuk mengetahui langkah-langkah apa yang harus ditempuh. Tentukan
tujuan pembelajaran, kegiatan belajar, waktu, pengorganisasian anak,
sumber rujukan, alat-permainan yang diperlukan, dan penilaian yang akan
dilakukan.
4) Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dilakukan dan dikembangkan kegiatan belajar
sesuai dengan rencana yang telah disusun. Pada saat proses berlangsung
dilakukan pengamatan terhadap proses belajar yang dilakukan oleh anak.
5) Penilaian
Penilaian dilakukan pada saat pelaksanaan dan pada akhir kegiatan
pembelajaran dengan tujuan untuk mengamati proses dan kemajuan yang
dicapai anak melalui kegiatan pembelajaran terpadu.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. (2009) Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Masitoh dkk. (2005) Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Pusat Pnerbit Universitas Terbuka.
Slamet Suyanto. (2005) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidiikan Tenaga Kependidikan dan Ketegagaan Perguruan Tinggi.
Sujono, Yuliani nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Visimedia
BalasHapusشركة تنظيف كنب بحفر الباطن
شركة تنظيف كنب بالقصيم
شركة تنظيف كنب بالرس